Selasa, 25 Oktober 2011

ASCARIOSIS PADA ANJING

TUGAS ILMU PENYAKIT PARASITIK

ASCARIOSIS PADA ANJING

Oleh

DYAH AYU SISMAMI

0809005041

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2010

ASCARIOSIS

I. PENDAHULUAN

Ascariosis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing golongan toxocara yaitu Toxocara canis. Askariosis adalah penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit.

http://www.reikihealingcenter.me.uk

Tetapi cacing ini lebih umum di negeri panas dan paling banyak di temukan pada daerah yang mempunyai sanitasi buruk. Ascariosis atau penyakit cacing bulat banyak menyerang anak anjing terutama yang berumur 1 sampai 5 bulan. Akibat serangan cacing ini tergantung besar kecilnya jumlah cacing yang menyerang dan menimbulkan gejala nyata. Pada anjing dewasa agak lebih tahan terhadap penyakit cacingan. Pada anak anjing yang menderita batuk-batuk, telah diobati tetapi tidak sembuh-sembuh maka perlu dicurigai terserang cacingan karena terdapat larva pada paru-parunya. Hampir 80% pemeriksaan kotoran anak anjing mengandung telur cacing toxocara. Telur Toxocara canis tidak tahan kekeringan. Tanah yang lepas dan cukup teduh merupakan lingkungan yang sangat sesuai. Telur rusak oleh sinar matahari yang langsung dalam waktu 15 jam dan mati pada suhu lebih di atas 400 C.

II. ETIOLOGI

Penyakit Ascariosis disebabkan oleh cacing yang termasuk dalam golongan Toxocara. Cacing Ascaris berwarna merah muda atau putih dan mudah di identifikasi karena mempunyai ciri-ciri yang khas. Yakni :

1. Cacing betina dewasa memunyai bentuk tubuh posterior yang membulat (conical), berwarna, panjang 22-35 cm dan memiliki lebar 3-6 mm. Sementara cacing jantan dewasa mempunyai ukuran lebih kecil, dengan panjangnya 12-13 cm dan lebarnya 2-4 mm, juga memunyai warna yang sama dengan cacing betina.

http://en.wikipedia.org/wiki/toxocara canis

2. lapisan kutikulum rata dan bergaris halus.

3. ujung anterior dan posterior membulat.

4. pada cacing jantan ujung posterior melengkung ke ventral dan mempunyai papil dengan 2 buah spikulum.

5. mulut pada bibir mempunyai 3 bibir lonjong dengan papil peraba.

Gambar 2 tiga bibir pada bagian anterior

www.medicastore.com.ascariasis
6. Sepasang alat kelamin pada duapertiga bagian posterior cacing betina dan satu saluran panjang yang berkelok-kelok pada cacing jantan

. Telur yang dibuahi berbentuk ovoid dengan ukuran 60-70 x 30-50 mikron. Bila baru dikeluarkan tidak infektif dan berisi satu sel tunggal. Sel ini dikelilingi suatu membran vitelin yang tipis untuk meningkatkan daya tahan telur cacing tersebut terhadap linkungan sekitarnya, sehingga dapat bertahan hidup sampai satu tahun.Telurnya mempunyai lapisan albuminoid yang berbenjol-benjol kasar dan mempunyai fungsi sebagai penambah rintangan dalam hal permeabilitasnya, tetapi lapisan ini kadang-kadang tidak ada. Telurnya mempunyai kulit hialin yang tebal, jernih dengan lapisan luar yang relatif tebal sebagai struktur penyokong dan lapisan dalam yang tipis, halus serta tidak dapat di tembus. Di dalam rongga usus, telur memperoleh warna kecoklatan dari pigmen empedu. Telur yang tidak dibuahi (unfertilized) berada dalam tinja, bentuk telur lebih lonjong dan memunyai ukuran 85-90 x 75 mikron, memiliki dinding tebal dan berbintik-bintik halus, berwarna coklat dengan lapisan albuminoid yang kurang sempurna dan isinya tidak teratur hidup di lumen usus halus, cacing betina biasanya mampu menghasilkan kira-kira 200.000 telur per hari yang di keluarkan bersama dengan feses

A. lumbricoides fertilized egg 未受精蛔虫卵.jpg (25024 字节)

fertile egg infertile egg

Fertile egg masih dalam bentuk uniseluler ketika melewati feses

www.medicastore.com.ascariasis

III. CARA PENULARAN

Penularan biasanya melalui telur cacing yang tanpa sengaja tertelan karena telur cacing mencemari tempat makanan dan minuman, kandang dan lain-lain. Penularan juga dapat melalui induk semasa dalam masa kebuntingan, dan pada waktu anak lahir sudah tertular cacingan. Proses penularan pertama kali melalui telur tertelan, kemudian telur menetas dalam perut. Cacing ini berusaha menembus dinding usus lalu masuk ke dalam saluran darah dan mengikuti aliran darah sampai di hati. Di hati cacing ini berusaha menembus hati dan berusaha mencapai paru-paru, melalui aliran darah paru-paru memecah pembuluh darah kapiler kemudian masuk sampai ke kantung udara paru-paru. Cacing ini terus melanjutkan perjalanannya ke saluran pernafasan atas mencapai kerongkongan dan akhirnya tertelan kembali masuk ke perut dan menjadi dewasa di dalam usus. Dalam usus cacing ini berkembang biak dan juga menimbulkan gangguan pada usus. Parah tidaknya gangguan penyakit tersebut tergantung dari banyak tidaknya cacing yang terdapat dalam usus tersebut. Makin banyak cacing dalam perut makin parah gangguannya. Siklus hidup Toxocara canis:

http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/html...age1.htm

Pada tinja penderita askariosis yang membuang air tidak pada tempatnya dapat mengandung telur cacing yang telah dubuahi. Telur ini akan matang dalam waktu 21 hari. bila terdapat anjing lain yang memegang tanah yang telah tercemar telur Toxocara canis, kemudian tanpa sengaja makan dan menelan telur Toxocara canis.

Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadi larva pada usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem peredaran, yakni hati, jantung dan kemudian di paru-paru. Pada paru-paru, cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea, kemudian di laring. Ia akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di usus, larva akan menjadi cacing dewasa.

Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya



IV. GEJALA KLINIS

Pada anak anjing mula-mula terlihat gejala perut membesar meskipun tidak banyak makan, anjing terlihat kurang enak pada bagian perutnya, merengek-rengek, dan pada waktu berdiri posisi kaki belakang agak melebar untuk menahan rasa sakit pada bagian perutnya. Anjing tampak anemia, lemah, gelisah, anak anjing tidak mau menyusui induknya, bulu kusam, mata berair, nafas terengah-engah, sesak nafas, kadang-kadang diikuti dengan mencret dan muntah-muntah. Kematian anak anjing biasanya dipercepat dengan adanya infeksi sekunder sehingga terjadi radang paru-paru (pneumonia).
Pada anjing dewasa hanya terjadi gejala ringan yaitu pertumbuhan terhambat, bulu kusam dan berdiri, mata berair, lesu, nafsu makan turun, bila makan hanya memilih dagingnya saja, bahkan pada yang berat makanan hanya dijilat kemudian ditinggal pergi. Apabila anak-anak anjing yang masih menyusu satu per satu mati tanpa menunjukkan gejala klinis, kecuali perut agak besar dan lemas harus curiga kematiannya disebabkan oleh cacing Toxocara ini.

Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.

Pada stadium larva, Toxocara canis dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak nafas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu.

Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen.

http://en.wikipedia.org/wiki/Ascariasis

V. CARA DIAGNOSIS

Diagnosis ascariosis pada anjing dilakukan dengan menemukan telur pada tinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut.

Telur Toxocara canis yang berisi embrio

Infeksi biasa yang mengandung 10 sampai 20 ekor cacing sering berlalu tanpa di ketahui hospes dan baru diketemukan pada periksaan tinja rutin atau bila cacing dewasa keluar sendiri dengan tinja. Kelelahan yang sering dirasakan oleh penderita yang dihinggapi cacing Toxocara canis adalah sakit perut yang tidak jelas.

1. Bila sejumlah besar cacing menggumpal menjadi suatu bolus yang menyumbat rongga usus dan menyebabkan gejala abdomen akut.

2. Pada migrasi ektopik dapat menyebabkan masuknya cacing ke dalam apendiks, saluran empedu ( duktus choledocus ) dan duktus pankreatikus.

Eosinofil ditemukan selama migrasi larva, tetapi penderita yang mengandung cacing dewasa mungkin tidak menunjukkan eosinofil atau hanya eosinofil ringan. Selama migrasi larva di dalam paru, larva tersebut dapat menimbulkan kerentanan pada hospes, yang mengakibatkan manifestasi alergi seperti infiltrasi paru-paru, serangan astma dan sembab pada bibir. Untuk beberapa kasus sindroma Loeffler dan tropical eosinophilia dapat dipastikan bahwa sebabnya adalah larva Ascaris yang bermigrasi. Akibat Ascariosis yang berat dan kadang-kadang fatal disebabkan oleh migrasi cacing dewasanya.

Cacing ini mungkin terbawa ke mulut karena kontraksi atau dimuntahkan, dapat keluar melalui hidung atau kadang-kdang terisap masuk bronchus. Banyak kasus dari invasi ke saluran empedu , kandung empedu, hepar, dan appendix. Parasit ini dapat menyumbat arteri dan menyebabkan pancreatitis hemoragik. Parasit dapat membawa bakteri dari usus tempat-tempat tersebut dan menimbulkan abses. Cacing dapat menembus dinding usus, bermigrasi ke rongga peritonium, dan menimbulkan peritonitis. Dengan meneruskan migrasinya, cacing dapat keluar melalui atau menembus dinding badan biasanya pada anak melalui umbilicus dan pada orang dewasa di daerah inguinal. Panas badan dan berbagai obat tertentu adalah dua faktor yang menyebabkann migrasi cacing Ascaris.

Bahkan bila cacing ini tidak atau hanya sedikit menyebabkan kerusakan, zat-zat yang dibentuk oleh cacing yang hidup atau mati dapat menimbulkan manifestasi keracunan pada orang yang rentan, seperti edema, pada muka dan urtikaria yang hebat, di sertai dengan insomnia, tidak ada nafsu makan, dan penurunan berat badan.

Anak babi yang dihinggapi parasit ini berat badannya tidak bertambah secara normal dan ada kemungkinan bahwa Ascaris manusia juga mempengaruhi anak yang kurang gizinya dengan cara yang sama.

VI. PENCEGAHAN

Sanitasi kandang harus ketat terutama pada anak anjing. Kotoran anak anjing harus segera dibuang, jangan dibiarkan tertinggal di dalam kandang. Kandang sebaiknya di desinfeksi seminggu sekali. Hal ini dapat menolong mengurangi cacingan pada anak anjing. Pada anak anjing sebaiknya alas kandang dilapisi dengan Koran sehingga bila anak anjing buang kotoran, kotoran tersebut dapat segera dibuang dan digantikan dengan Koran yang baru. Hal yang penting diperhatikan adalah pemberian obat cacing terutama pada anak anjing lepas sapih. Anjing dewasa yang akan dikawinkan sebaiknya diberi obat cacing dan sesudah beranak dapat diberikan ulangan obat cacing. Untuk pencegahan perlu diberikan vitamin dan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang cacingan.

Karena pada Ascariosis terutama terjadi penularan di rumah tangga dan di halaman, dan terdapat hubungan yang sangat erat dengan higiene keluarga maka pencegahan tergantung pada pembuangan tinja menurut peraturan kesehatan dan pendidikan kesehatan. Pengobatan dengan anthementhik tidak efektif karena adanya reinfeksi yang berulang-ulang didaerah endemi. Pemberantasannya sukar karena kurang perhatian. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini.

· Mengadakan kemoterapi missal setiap 6 bulan sekali di daerah endemic atau daerah yang rawan terhadap penyakit tersebut

· Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahakan siklus hidup cacing misalnya menggunakan jamban atau wc

· Menghindari sayuran mentah dan selada yang menggunakan tinja sebagai pupuk

VII. PENGOBATAN

Pengobatan ascariosis pada anjing dapat digunakan obat-obat seperti piperasin, pirantel pamoat, mebendazol, albendazol. Garam piperazin sangat efektif terhadap Ascariosis dan dapat dipakai dengan aman. Dosis tunggal akan menyembuhkan 75 sampai 85 % dari semua infeksi. Pengobatan dua hari beturut-turut akan menyembuhkan kira-kira 95 % dari semua infeksi. Piperazin dapat diberikan sewaktu-waktu, karena makanan di dalam usus sedikit atau sama sekali tidak mempengaruhi efeknya terhadap Ascaris. Tidak diperlukan pencahar. Piperazin mempengaruhi potensial ”transmembran” dari otot Ascaris dan melemaskannya untuk sementara. Cacing itu langsung kehilangan keinginannya untuk bergerak ke atas dan menekan pada dinding hospes untuk mempertahankan tempatnya. Pergerakan peristaltik usus mengeluarkan cacing di waktu sedang lemas. Sirup piperazin sitrat telah di pakai dengan hasil baik pada penyumbatan sebagian usus, yang di sebabkan oleh Ascariosis, dikombinasi dengan pengurangan tekanan perut dengan tabung Levine dan pengobatan tambahan.

Pada anak anjing dapat diberikan obat cacing mulai umur 1 bulan, kemudian diulang sebulan sekali. Anjing dewasa sebaiknya diberikan obat cacing tiap 2 bulan sekali. Pada anak anjing ataupun anjing dewasa yang terinfeksi, perlu diperhatikan infeksi ikutan dari cacingan. Terapi didasarkan pada gejala klinis yang muncul, apabila diare diusahakan memberikan antidiare disertai terapi suportif untuk meningkatkan daya tahan dan mengembalikan kondisi tubuh, misalnya dengan pemberian vitamin atau pemberian terapi cairan (infus).

DAFTAR PUSTAKA

· http://www.reikihealingcenter.me.uk

· www.medicastore.com.ascariasis

· http://en.wikipedia.org/wiki/Ascaris_lumbricoides

· www.dpd.cd.gov/dpdx

· http://en.wikipedia.org/wiki/Ascariasis

· http://artikelmu.com/?p=548

· http://alben-d.blogspot.com/2009/04/normal-0-false-false-false.html

· http://duniaveteriner.com/2009/05/studi-literatur-ascariosis/print

· http://duniaveteriner.com/2009/06/studi-literatur-gastroenteritis-hemorragika/print

· http://www.kedokteranhewan-uwks.co.cc/2009/07/ascariosis.html

· http://drhyudi.blogspot.com/2009/02/penyakit-pada-anjing.html

· http://commons.wikimedia.org/wik...ion).GIF

.

1 komentar: