Selasa, 25 Oktober 2011

BRONKITIS

Bronkitis

Bronchitis

Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal

ICD-10

J20-J21

ICD-9

490-491

Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).

Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

Penyebab

Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia)

Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:

  • Sinusitis kronis
  • Bronkiektasis
  • Alergi
  • Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.

Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:

  • Berbagai jenis debu
  • Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromin
  • Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
  • Tembakau dan rokok lainnya.

Gejala

Gejalanya berupa:

  • batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
  • sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
  • sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
  • bengek
  • lelah
  • pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
  • wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
  • pipi tampak kemerahan
  • sakit kepala
  • gangguan penglihatan.

Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.

Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.

Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu.

Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk. Bisa terjadi pneumonia.

Diagnosa

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir. Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi pernafasan yang abnormal.

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

  • Tes fungsi paru-paru
  • Gas darah arteri
  • Rontgen dada.

Pengobatan

Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.

Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.

Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.

http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkitis

DARRYL

HOME

BATUK PADA ANJING

Batuk adalah reflek fisiologis baik dalam kedaan sehat maupun dalam keadaan sakit ,yang dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab. Reflek batuk muncul karena adanya rangsangan pada mukosa saluran pernafasan mulai dari laring sampai bronkus.
Pada mukosa saluran pernafasan terdapat reseptor –reseptor yang peka terhadap rangsangan dan menimbulkamn reflek batuk.


Batuk pada anjing terbagi manjadi dua bagian diantaranya, Batuk kering dan dan batuk produktif.

Batuk Kering atau non-produktif tidak disertai sputium.,menimbulkan gejala iritasi dan gatal pada tenggorokan di anjing. Dibandingkan dengan batuk produktif,
Batuk kering tidak menimbulkan gejala atau keluhan apapun selain batuk.
Batuk kering pada anjing yang bersifat sangat berat dapat menyebabkan suara serak sampai hilang, batuk kering sering kali dipicu oleh terhirupnya partikel partikel makanan,asap/uap iritan serta perubahan suhu udara. Bisa juga disebabkan oleh akibat infeksi virus atau flu yang belum lama terjadi. Batuk kering merupakan pertanda adanya gangguan kesehatan pada anjing tersebut, seperti Asma , Refluks gastroesofogus. Obat obat tertentu misalnya inhibitor (antihipertensi) diketahui dapat memicu terjadinya batuk kering.

ANJURAN
Dapat diberikan obat antitusif untuk membantu meredahkan gejala batuk kering

BATUK PRODUKTIF


Batuk adalah suatu proses alami yang penting untuk menjaga agar tenggorokan dan jalan nafas senantiasa bersih. Pada batuk Produktif Anjing mungkin mengalami rasa tidak nyaman akibat banyak dahak didalam pernafasannya dan sulit bernafas., dan sering kali menimbulkan stress. Batuk produktif disertai dengan keluarnya lender atau dahak. Gejala biasanya bertambah berat pada saat anjing melakukan aktifitas mis banyak berlari atau keaktifan.atau saat menggonggong. Batuk produktif adakalanya merupakan gejala sisa dari nyeri tenggorokan,kongesti nasal dan kongesti sinus,namun demikian, gejala batuk yang sangat berlebihan merupakan pertanda adanya suatu penyakit atau gangguan kesehatan,sehingga memerlukan penanganan medis


Penyebab batuk :

- Karena adanya peradangan atau infeksi.

- Karna alergi

- Sebab mekanis akibat asap atau udara kotor dan perubahan cuaca.

- Rangsangan kimia oleh gas maupun bau kandang yang kotor serta tempat minum yg tercemar.

PRINSIP PENGOBATAN PADA BATUK

- Menghilangkaan penyebab (kausatif)

- Karna infeksi, berikan obat anti infeksi.

- Karna alergi ,berikan obat anti alergi.

- Mekanis,Menghindari partikel penyebab batuk.


Virus penyebab radang pada saluran nafas, misalnya Common Cold, Influenza, Paringitis,Bronkitis merupakan pembuka jalan masuknya kuman kuman lain untuk mengadakan invasi dan infeksi pada saluran pernafasan melalui kerusakan mukosa yang dibuat.


PENGOBATAN SIMTOMATIS.

Mengeluarkan riak/dahak.

Batuk produktif yang disertai riak yang banyak merupakan media tempat tinggalnya kuman dan penyebab batuk,obat Ekspektoransia berkasiat mengencerkan riak (bronkosekretolirik).

Bersamaan keluarnya riak keluar (bronosekretomotorik).,bersamaan keluarnya riak diharapkan tereliminasi juga penyebab rangsang batuk.


KERUGIAN KERUGIAN PADA BATUK

- Tekanan akibat batuk menyebabkan penjalaran infeksi kebagian paru paru lain.
- Menambah beban, menurunkan daya tahan tubuh anjing, dan menimbulkan rasa

sakit,mis pada anjing yang menderita kelemahan jantung,penderita post operativ

Obat batuk yang berkhasiat meredahkan batuk atau antitusiv yang bekerja dengan caca mengurangi kepekaan pusat batuk pada medulla oblongata.


Salah satu dari penyebab batuk pada anjing biasanya juga dikarnakan terinfeksi cacing paru paru,yang menyebabkan radang pada paru paru tersebut.

Bahkan kalau sudah menjadi parasid darah akan mengakibatkan terjadinya muntah darah yang akan mematikan pada anjing tersebut.


SARAN

Berikanlah secara rutin obat cacing
albendazole + levamisole yang dapat membasmi cacing jaringan tubuh,sehingga anjing terbebas dari cacing cacing parasit penghisap darah. Cacing cacing penghisap darah menyebabkan anjing terjadi anemia yang menyebabkan anjing mudah terkena infeksi dalam segala hal

*Untuk mengatasi dan pencegahan terjadinya Anemia pada anjing akibat dari parasit darah,maka sebaiknya kita berikan injek intraver-200 yang sangat dibutuhkan oleh hewan.

http://batuk-darryl.blogspot.com/

Published by admin on 01 Dec 2007 at 01:04 pm

Materi 1 GANGGUAN RESPIRASI

PENYAKIT RESPIRASI HEWAN KECIL

I PROBLEM SALURAN RESPIRASI

1. BATUK

Definisi :

Batuk adalah suara yang timbul akibat keluarnya udara pernafasan secara tiba-tiba dari paru-paru

Patofisiologi

Fungsi batuk adalah reflek perlindungan normal tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari saluran nafas. Reseptor batuk pada sistem respirasi sebagian besar pada saluran nafas atas, dan tidak ada pada bronchiole. Pathways afferent dari reflek batuk berjalan melewati nervus vagus, trigeminus, glosofaringeus dan perineal. Impul akan dikirim ke pusat batuk di medula oblongata. Kemudian Impul efferent akan disebarkan melalui nervus vagus, prenial dan nervus spinal ke laring, pohon trakeobronchial, diafragma dan otot respirasi. Reseptor batuk juga terdapat di hidung, sinus paranasal, dan faring. Reseptor batuk akan merespon rangsangan kemikal dan mekanik .

Efek menguntungkan dari batuk adalah membersihkan saluran nafas terutama trakea, dan bronchus. Pada batuk persisten dan berat, terutama batuk kering dan nonproduktif akan merugikan hewan itu sendiri, karena kondisi tersebut : mempercepat penyebaran infeksi pada saluran Nafas; Memperparah radang dan iritasi saluran nafas; Memperbesar distensi alveoli yang berpengaruh ke emfisema; Menyebabkan pneumothorak karena ruptur saluran nafas; dan Memperlemah kondisi dan menambah kelelahan pasien.

Penyebab batuk dapat dikelompokkan menjadi tiga tergantung lokasi saluran nafas yaitu Saluran nafas atas (Paringitis, tonsilitis, trakeitis, kolaps trakea); Saluran nafas bawah ( bronchitis akut dan kronis, bronchiectasis, pneumonia, fibrosis dan abses pulmonun, pembesaran limponodus, bronkitis alergi, parasit paru, trauma bronchus, iritasi asap rokok dan pembakaran); dan Sistem kardiovaskular (gagal jantung kiri, pembesaran aterial kiri, parasit jantung, trombosis pulmonum, dan edema pulmonum) .

Rencana diagnostik

Pengamatan fisik dan sejarah

Gejala yang sering mengaburkan pemilik hewan tentang batuk yaitu : gagging, pengeluaran dahak, regurgitasi, dan muntah. Pada beberapa kasus anjing penderita batuk, pemunculan gejala batuk dapat dimanipulasi dengan cara meraba trakea secara perlahan dan lembut. Hal itu dapat dilakukan dihadapan pemilik untuk mengkonfirmasi tentang gejala yang mereka amati.

Pemeriksa harus bertanya ke pemilik anjing tentang keadaan lingkungan tempat anjing dipelihara, seperti jenis kandang, lokasi kandang, lantai kandang, alas tidur, air minum dan atap kandang. Hal lain yang penting juga ditanyakan ke pemilik yaitu : Kontak dengan anjing lain yang sakit, polusi udara (asap rokok, asap pembakaran), dan kemungkinan tertular parasit. Tanyakan ke pemilik tentang gejala lain yang teramati seperti : depresi, lethargi, anoreksia, dispnea, tidak respon dengan latihan. Hal ini akan sangat membantu dalam penyingkiran diagnosis sementara sehingga diagnosis menjadi lebih akurat.

Gejala khas batuk yang sangat membantu dalam penegakan diagnostik yaitu: Batuk keras, kasar dan kering hal itu biasanya gejala dari iritasi atau radang laring, trakea, bronchi. Hal itu sering dijumpai pada anjing yang menderita penyakit trakeobroncitis (kennel cough), dan pada kucing penderita rhinotrakheitis. Batuk “goose honk” sering dijumpai pada anjing toy-breed yang menderita kolaps trakhea.

Auskultasi torak dilakukan secara hati-hati dan pelan-pelan pada penderita batuk. Auskultasi harus dilakukan terhadap jantung dan paru-paru. Auskultasi akan sangat dibantu dengan manipulasi trakea untuk merangsang batuk dan selanjutnya dilakukan reauskultasi torak kembali. Suara abnormal sering terdengar pada awal atau intensif setelah hewan batuk beruntun. Suara lain yang sering terdengar pada penderita batuk adalah suara Crackles, wheezes dan peningkatan suara normal nafas. Suara cardiac murmur, kelainan ritme jantung dapat juga diauskultasi pada hewan penderita batuk karena kelainan jantung.

Tabel 1. Perbedaan dari penyebab batuk secara umum

Penyebab batuk

Saluran Nafas atas

Saluran nafas bawah

Kardiovascular

Depresi/lethargi

Absen atau ringan

Ringan - berat

Sedang – berat

Demam

Absen atau ringan

Ringan

Tidak ada

Dehidrasi

Absen

Ringan

Ringan

Batuk-batuk

Sering

Kadang-kadang

Kadang-kadang

Dispnea

Umumnya absen

Ringan

Ringan

ketahanan latihan

Absen atau ringan

Ringan

Sedang

Suara paru

normal

Abnormal

Abnormal

Suara jantung

normal

Normal

Abnormal

WBC

normal

Meningkat

Normal atau meningkat

Rongsen torak

normal

abnormal

Abnormal

Dikutip dari: MD Lorenz dan LM Cornelis. 1987. Small animal medical diagnosis,

Evaluasi Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan jika pasien menunjukkan gejala sakit seperti demam, depresi, anoreksia, dispnea diikuti oleh batuk atau jika batuk bersifat kronis (lebih dari 1 minggu). Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi: Hitung darah Lengkap, differential, profil biokimia serum, dan analisis urin.

Radiografi

Pemeriksaan radiografi torak dilakukan untuk memperluas pemeriksaan fisik pasien batuk. Anatomi normal torak harus dibandingkan dengan kelainan yang dijumpai pada torak.

Tes elektrofisiologi

Tes ini dilakukan terutama pada pasien gangguan jantung yang ada gejala batuk. Uji ini meliputi uji elektrocardiogram. Uji khusus yaitu echocardiografi perlu juga dilakukan.

Pencucian transtrakheal

Evaluasi dari lapisan mukosa respirasi dari trakea sampai alveoli dapat didapat dari pencucian transtrakeal. Hal ini dilakukan dalam kondisi hewan terbius dan hewan dipasang tube endotrakeal. Pencucian menggunakan larutan saline steril seperti lactat ringer’s atau NaCl 0.9%.

Bronchoscopi

Pengamatan bronchoscopi perlu dilakukan pada pasien batuk, tetapi ini harus dilakukan pada hewan dalam kondisi terbius total dan alat yang diperlukan agak mahal.

Tabel 2. Penyebab Batuk pada Anjing dan Kucing dan Temuan Khas

Sejarah/pemeriksaan fisik

Pemeriksaan laboratorium

Radiografi

ANJING

Paringitis/laringitis akut

Batuk pendek diikuti gagging dan menelan dahak, suara parau, kemerahan pring dan laring, tidak ada gejala sistemik

normal

Normal

Traketis

Sejarah kontak dengan anjing lain, batuk kering dan pendek, tidak ada gejala sistemik

normal

Normal

Pneumonia aspirasi

Sejarah pembiusan umum dan megaesopagus, batuk basah dan dalam, dispnea, demam

WBC meningkat, neutropilia

Alveolar konsolidasi

Infektius trakeobronkitis kronis

Sejarah kontak dengan anjing lain, batuk kering dalam dan persisten, tidak ada gejala sistemik

Normal

Normal

Kolaps trakea

Toy breed kegemukan, batuk goose honk, dispnea, kolap trakea

Normal

Kolaps trakea, kolaps bronkial

Alergi bronchitis

Batuk kering, dalam dan produktif; dispnea; crackles, wheeze; tanpa gejala sistemik

Periperal eosinophilia, eosinopilic inflamasi pada transtrakeal wash

Bronkial jelas terlihat

Cacing jantung

Berat badan turun, batuk persisten, dispnea ringan sampai berat, exercise intoleran

Periperal eosinopilia, hiperglobulinemia, positif mikrofilaria,

Pembesaran jantung kanan, pembesaran arteri pulmonum,

Gagal jantung kiri

Anjing ras kecil dan tua; batuk pada malam hari; dispnea; exercise intolerance

ECG variasi; hipertropi ventrikel kiri

Arterial kiri membesar, pembesaran vena pulmonum, edema pulmonum disekitar jantung

KUCING

Viral rhinotraketis akut

Kontak dengan kucing lain; bersin dan kemerahan hidung, mata berair, ulcer mulut

WBC meningkat

Normal

Feline asma kronis

Batuk paroksimal, dalam, produktif dan leher diluruskan; dispnea berat, sianosis

Periperal eosinopilia

Paru hiperinflamasi

Cacing paru

Batuk paroksimal, dalam, produktif dan leher diluruskan; dispnea, demam

Periperal eosinopilia; positif larva pada transtrakeal wash

Brokial membesar

Cacing jantung

Nafsu makan menurun, muntah sporadik, batuk kadang-kadang

Periperal eosinopilia, hiperglobulinemia,

Pembesaran arteri pulmonari; pembesaran ventrikel kanan

Dikutip dari: MD Lorenz dan LM Cornelis. 1987. Small animal medical diagnosis,

Terapi Simtomatis

1. Bronkodilatator

Kandungan obat bronkodilatator memberikan keuntungan dalam pengobatan pasien batuk karena mempunyai efek bronkospasmus. Dua katagori bronkodilatator adalah (a) Inhibitor posfodiester : theopilin dan aminopilin (10 mg/kg, 3-4x/hari untuk anjing; 5 mg/kg, 2-3x untuk kucing). Cara kerja obat ini dengan cara memecah secara perlahan cAMP sehingga otot polos bronkus relaksasi, dan meningkatkan kontraksi diafragma; (b) Simpatomimetik : terbutalin (2.5 mg/kg, 3x/hari untuk anjing; 1.25mg/kg, 2x/hari untuk kucing), metaproterenol, isoproterenol. Cara kerja obat ini sebagai agonis reseptor beta-adrenergik.

2. Supressant batuk

Obat antitussive dikelompokkan menjadi dua katagori yaitu : (a) Kerja central : hidrocodone bitartat ( 2.5-10 mg, 2-3x/hari, po), butorphanol tartate / torbutrol (0.5/kg, 2x/hari, po; 0.05/kg 2x/hari, Sc). Cara kerja obat ini adalah menekan pusat batuk di medula oblongata, dan dengan efek samping hewan tertidur. (b) Kerja perifer, dengan cara meningkatkan nilai ambang reseptor batuk.

3. Ekspectorant

Obat ini meningkatkan volume cairan saluran nafas sehingga merangsang pengeluaran eksudat dari saluran nafas. Keberhasilan obat ini pada pasien batuk masih diragukan.

4. Antihistamin

Walaupun banyak digunakan pada obat batuk yang telah beredar, tetapi secara umum tidak memberikan efek antitusiv yang substansial. Kejelekan obat ini dapat menyebabkan kekeringan pada mukosa. Sedangkan kebaikan obat ini dapat menyebabkan hewan mengantuk.

5. Terapi aerosol

Terapi aerosol dilakukan untuk mencairkan dahak yang mengental terutama yang di bronkhial tree. Partikel aerosol yang diperlukan berukuran antara 1 – 2 mikron. Dalam melakukan nebulisasi, alat nebulizer yang digunakan perlu dimodifikasi supaya dapat menutupi muka dari pasien. Obat yang sering digunakan dalam nebulisasi adalah gentamisin dalam larutan saline 0. 45% atau 0.9%. Nebulisasi juga dapat dilakukan dirumah yaitu di kamar mandi dengan shower panas.

Daftar Pustaka

Lorenz, MD. LM Cornelius. 1987. Small Animal Medical Diagnosis. JB Lippincott Co. New York.

2. DISPNEA

Definisi

Dispnea adalah kondisi kesulitan atau kesusahan dalam bernafas.

Patofisiologi

Dispnea adalah kondisi patologis, tetapi takipnea (meningkatnya rata-rata bernafas) dapat bersifat fisiologis seperti pada kondisi kebanyakan bergerak, udara panas, dan gelisah. Disamping itu dapat juga bersifat patologis. Kesulitan bernafas dapat terjadi karena alasan sebagai berikut : keperluan tambahan oksigen; kompensasi metabolik acidosis; peningkatan suhu lingkungan (heatstroke); kerusakan atau penyakit pusat respirasi di sistem saraf pusat (CNS); kelemahan otot respirasi atau disfungsi nervus motor dari respirasi; dan rasa sakit dari organ yang terlibat dalam bernafas seperti pleura, nervus spinal, otot respirasi, dan tulang rusuk.

Kekurangan pemenuhan oksigen dapat disebabkan oleh kekurangan oksigen di lingkungan, gangguan transfer oksigen dari lingkungan ke dalam darah atau menurunnya kemampuan pengangkutan oksigen oleh darah (anemia, methemoglobinemia). Kompensasi terhadap metabolik asidosis menyebabkan peningkatan frekuensi dan kedalaman nafas.

RENCANA DIAGNOSTIK

Sejarah dan Pengamatan Fisik

Sejarah penyakit yang ditanyakan meliputi pertanyaan mengenai apakah dispnea awalnya terjadi secara tiba-tiba atau terjadi secara perlahan-lahan dan terus bertambah berat. Tanyakan apakah hewan selalu dikandangkan atau dibawah pengawasan seseorang sehingga memungkinkan mendapat trauma. Beberapa breed anjing lebih mudah mendapatkan trauma yang menyebabkan dispnea. Misalnya anjing brachicephalik lebih mudah mendapat trauma pada saluran nafas atas, dan anjing pemburu mudah menderita dispnea karena jamur. Umur anjing juga perlu diperhatikan. Karena tumor lebih sering pada anjing tua.

Pengamatan yang teliti terhadap pola respirasi akan sangat membantu dalam melokalisasi penyebab dispnea. Gangguan saluran nafas bagian atas diikuti dengan dispnea inspirasi yang ditandai dengan gejala khas seperti jarak antar inspirasi, kesusahan dalam inspirasi, waktu inspirasi singkat dan terlihat fase ekspirasi mudah. Penyakit pada saluran nafas bawah menyebabkan dispnea inspirasi dan ekspirasi dengan rata-rata respirasi cepat.

Evaluasi laboratorium

Pemeriksaan laboratorium meliputi hitung darah lengkap, biokimia serum, analisis urin.

Radiografi

Pemeriksaan radiografi meliputi pemeriksaan kepala dan torak

Sitologi

Pemeriksaan ini dilakukan jika teramati terjadi kebocoran pleura saat radiografi. Toracocentesis dilakukan secara aseptis dan cairan yang diperoleh diamati. Kandungan protein diukur dengan refractometri, hitung sel dan differential sel harus dicatat dengan baik, dan juga perlu dilakukan kultur bakteri dan jamur dari cairan itu.

TERAPI SIMTOMATIS

Terapi simtomatis pada penderita dispnea tergantung dari penyebab penyakit. Perlu diingat hewan yang dispnea tidak boleh terlalu stres. Pemberian oksigen dengan corong oksigen, penutup kepala atau tube nasal sangat diperlukan.

Penting diperhatikan apakah anjing itu terserang penyakit yang bersifat restriktif seperti bocor pada pleura, pneumotorak, atau ada massa intratorak. Edema pulmonum harus segera ditangani dan tidak boleh ditunda. Cairan pleura dapat dikeluarkan dengan torakocentesis menggunakan jarum 22G dengan panjang 1 inchi, dengan siring 20 ml. Alternatif dapat digunakan cateter intravenous polietilen. Udara pada pleura juga dapat dikeluarkan dengan cara yang sama.

Hipoalbuminemia sering terjadi akibat pengeluaran cairan pleura dan mempercepat kebocoran pleura. Jika pengeluaran cairan terlalu banyak, konsentrasi albumin serum harus diukur minimal dua kali seminggu. Jika konsentrasi serum albumin berkurang sampai dibawah 2.0 g/dl jumlah cairan pleura yang dikeluarkan harus dikurangi. Penggunaan furosemida dapat membantu mengkontrol pembentukan cairan pleura. Transfusi plasma atau darah sangat diperlukan pada penderita hipoalbuminemia (serum albumin < 1.0 g/dl).

Bronkodilatator sangat membantu jika gangguan terjadi pada saluran nafas bagian bawah, dan gangguan jantung. Penggunaan bronkodilatator golongan teopilin akan meningkatkan kontraksi diafragma, meningkatkan fungsi mucociliari dari mukosa respirasi, dan mengakibatkan diuresis ringan.

Pengobatan sistemik pada penderita dispnea, diberikan furosemida secara intravena atau oral. Efek samping dari furosemida adalah dehidrasi, azotemia, dan hipokalemia, untuk itu, obat digunakan dengan dosis minimal dan dalam jangka waktu singkat (2 – 3 hari).

3. HEMOPTYSIS

Definisi

Hemoptysis adalah batuk diikuti dengan keluarnya darah.

Patofisiologi

Hemoptysis disebabkan oleh satu atau lebih dari kerusakan berikut : kerusakan buluh darah; hipertensi pulmonum hebat; dan masalah pembekuan darah. Kerusakan buluh darah dapat disebabkan oleh peradangan, nekrosis, neoplasia atau trauma. Hipertensi pulmonum umumnya disebabkan oleh tromboembolisme pulmonum, gangguan ventrikuler kiri. Gangguan pembekuan darah diakibatkan oleh abnormalitas faktor pembeku atau platelet.

Hemoptysis menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah sedikit tetapi jika berlangsung kronis dapat berkembang jadi anemia, aspiksasi dan hipovolemia.

Rencana Diagnosis

Sejarah dan Pengamatan Fisik

Sebelum melakukan pengobatan terhadap hemoptysis, perlu dilakukan lokalisasi dari sumber perdarahan. Ludah yang bercampur darah disebabkan karena perdarahan pada nasoparing, respirasi atau gastrointestinal.

Pertanyaan yang teliti pada pemilik akan membantu diagnosis. Bersih yang persisten dan parah dengan nasal discharge bercampur darah sebelum hemoptysis sebagai indikasi kerusakan terjadi pada rongga hidung. Sejarah dengan batuk berat dan dispnea sebagai indikasi kerusakan pada saluran nafas.

Pengamatan fisik dilakukan secara menyeluruh pada semua organ yang meliputi rongga mulut, dan nasoparing. Auskultasi torak untuk konfirmasi terjadinya gangguan jantung.

Evaluasi Laboratorium

Evaluasi laboratorium dilakukan jika hemoptysis tidak massive dan mengancam jiwa pasien, dan pemeriksaan dikonfirmasi dengan radiografi. Pemeriksaan laboratorium meliputi hitung darah lengkap, platelet, biokimia serum, urinalisis, uji cacing jantung, pembekuan darah, analisis gas darah, electrocardiogram, transtracheal wash, bronchoscopi, dan sampel aspirasi. Pada hemoptysis yang mengancam jiwa pasien, pemeriksaan laboratorium ditunda sampai kondisi pasien stabil.

Terapi simtomatis

Untuk hemoptysis ringan dan tidak mengancam jiwa pasien pengobatan simtomatis dapat dilakukan dengan pemberian supressant batuk, dan bronchodilatator. Pasien harus dijaga supaya tetap tenang, dibantu dengan pemberian obat penenang.

Pada pasien hemoptysis yang terancam jiwanya, tindakan emergensi harus dilakukan untuk membantu jiwa pasien. Pertama yang perlu diperhatikan yaitu sirkulasi udara tetap lancar, restoring volume darah, tindakan bedah untuk menghentikan perdarahan.

4.SUARA PARU ABNORMAL

Definisi

Suara abnormal paru didengar saat auskultasi di atas torak pada beberapa pasien yang menderita penyakit saluran nafas.

Patofisiologi

Asal secara pasti suara normal nafas tidak dipahami secara baik. Suara paru dipercaya dihasilkan oleh goyangan pada jaringan respirasi yang padat dan oleh kecepatan fluktuasi tekanan gas. Suara paru dihasilkan dari tersaringnya udara atau masuknya udara ke saluran yang lebih kecil dari luar paru menuju dinding torak. Selanjutnya suara normal paru terdengar saat auskultasi torak yang terdiri atas suara individu yang bergabung dari berbagai tempat di paru-paru. Suara normal paru awalnya berasal dari trakea, lobar dan bronki segmental. Suara itu memiliki gambaran yang berbeda dari suara normal paru yang berasal dari alveoli. Aliran pada acinar dan level alveolar adalah berlapis-lapis dengan velositi rendah, tetapi tidak dihasilkan suara turbulen.

Suara normal paru berbeda sesuai dengan umur dari hewan, pola respirasi, ketebalan dinding dada, dan tempat dilakukan auskultasi. Intensitas suara pada hewan muda dan kurus adalah keras, jelas terdengar karena sedikit yang dapat melemahkan suara itu dan sedikit yang mempengaruhi alveoli. Pada hewan tua dan gemuk, suara normal paru sulit terdeteksi. Variasi dari suara normal paru dapat disebabkan oleh perubahan dalam pola respirasi seperti terengah-engah (meningkatkan intensitas), dan kelemahan neuromuskular (menurunkan intensitas). Suara abnormal dihasilkan dari proses patologis dalam trakeobroncial tree dan paru yang disebut dengan suara adventitious. Suara adventitious dapat bersifat diskontinyu (crackles) dan kontinyu (wheeze).

Crackles adalah suara eksplosif intermiten yang tidak teratur sehingga dikenal sebagai tone musical. Crackles sering dikarakterisasi sebagai suara kasar dan lembut. Suara crackles kasar seperti suara bubbling dan gurgling, sedangkan suara crackles lembut seperti suara velero atau tipe celophane. Salah satu mekanisme munculnya suara crackles kasar adalah meledaknya gelembung udara dalam cairan sekresi di saluran nafas, sedangkan crackles lembut dihasilkan oleh penyakit pada paru akibat beberapa saluran nafas tertutup saat inspirasi kemudian terbuka secara tiba-tiba. Suara crackles kasar ditemukan pada edema pulmonum, bronkitis dan bronkopneumonia yang diikuti terbentuknya cairan pada saluran nafas. Crackles lembut terdengar saat saluran terbuka secara tiba-tiba selama inspirasi, karena pencapaian keseimbangan yang cepat antara tekanan gas pada bagian atas dan bawah dari saluran nafas yang tersumbat.

Tabel 4. Penyebab Suara Paru Abnormal Pada Anjing Dan Kucing

CRACKLES

WHEEZE

Suara tak terdengar

Kasar

Inspiratori

Pneumotorak

Edema pulmonum berat

Obstruksi laring

Efusi pleura

Gagal jantung kiri

Laringitis nekrotik

Gagal jantung kanan

Hipoalbuminemia

Paralisis laring

Tumor

Bronkhopneumonia

Edema laring

Hipoalbuminemia

Trauma

Kolaps laring

Hemotorak

Lembut

Stenosis trakea

Chylotorak

Edema institialis pulmon um

Benda asing pada trakea

Pyotorak

Pneumonia institialis kronis

Kolaps trakea ekstratorak

Felin infectious peritonitis

Fibrosis institialis kronis

Compresión trakea intraluminal

Hernia diagframatika

Tumor

Pemadatan paru

Limpadenopati

Abses

Ekspirasi

Granuloma

Bronchitis

Tumor

Alergi

Torsio lobus paru

Brokopneumnia

Kegemukan

Copd

Kelemahan neuromuskular

Cacing paru

Paralisis diagfragma

Cacing jantung

Wheeze adalah musical kontinyu atau suara whistling dihasilkan oleh terlepasnya udara melalui saluran yang sempit dan menyebabkan fibrasi regular atau penyempitan dinding saluran. Suara wheeze akan terdengar jika lumen dari saluran nafas menyempit. Jika kondisi baik, dinding saluran nafas akan bergetar diantara saat membuka dan menutup, akan menghasilkan suara kontinyu. Amplitudo, puncak, dan durasi wheeze tergantung atas velositi aliran udara dan bagian mekanis aliran udara.

Wheeze lebih umum terjadi pada saat ekspirasi dibandingkan inspirasi. Penyebab wheeze ekspirasi adalah bronkospasmus, edema mucosa, penumpukan mucus, benda asing, tumor. Wheeze inspirasi juga disebut stridor, hal ini berhubungan dengan stenosis saluran nafas atas, trakea, atau bronkhi.

Rencana Diagnosis

Sejarah dan Pemeriksaan Fisik

Gejala yang sering dilaporkan oleh pemilik hewan dengan suara paru abnormal adalah batuk, kesulitan bernafas, dan wheeze. Wheezing yang dijelaskan oleh pemilik sering suara abnormal yang berasal dari nasal dan saluran nafas atas. Pertanyaan yang teliti akan mengurangi kesalahan.

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tempat tenang, sehingga auskultasi dapat dilakukan dengan baik. Suara paru dan jantung harus dievaluasi pada posisi hewan berdiri. Jika hewan terengah-engah, maka mulut pasien harus ditutup saat auskultasi. Suara mendengkur pada kucing dapat dihentikan sebentar dengan cara menekan laringnya atau dengan mengalihkan perhatian kucing dengan cara mengalirkan air pada kran. Suara berisik kulit dan rambut dapat dikurangi saat auskultasi dengan cara membasahi kulit dan rambut pada tempat auskultasi atau memegang kepala stetoskup dengan kuat menempel ke dinding dada. Kedua belah dada harus diauskultasi.

Evaluasi Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan suara nafas abnormal sama seperti pada pasien batuk dan dispnea.

Terapi Simtomatis

Terapi simtomatis pada pasien dengan suara paru abnormal tidak perlu dilakukan.

5. BERSIN DAN LELERAN HIDUNG

Definisi

Bersin adalah reflek superfisial yang berasal dari reaksi pada lapisan membran mukosa pada rongga hidung dan dengan mudah dimunculkan oleh rangsangan kimia atau mekanis. Bersin terjadi akibat pengeluaran secara kuat udara melalui saluran nafas dengan kecepatan yang kencang. Hal ini untuk membantu membersihkan saluran nafas.

Leleran hidung adalah material yang dikeluarkan dari saluran nafas melalui nares eksternal. Leleran ini diklasifikasikan berdasarkan sifat fisik yaitu serous, mukoid, purulen, dan haemorrhagik, atau kombinasi dari ketiganya. Pakan dan larutan yang diminum juga dapat keluar bersama leleran itu saat bersin. Leleran hidung dapat secara unilateral atau bilateral, kontinyu atau intermiten, atau hanya saat bersin.

Patofisiologi

Impuls afferen dihasilkan dari rangsangan pada membran mukosa hidung, dihantarkan melalui nervus trigeminus menuju medula di otak, pada proses ini diawali dengan serentetan kejadian secara otomatis. Setelah terjadi inspirasi secara cepat lipatan vocal dan epiglotis akan tertutup, diikuti dengan kontraksi kuat dari abdomen, intercostae eksternal, dan otot respirasi yang lain yang mengakibatkan peningkatan tekanan udara di saluran respirasi. Kemudian lipatan vocal dan epiglotis terbuka secara cepat diikuti pelepasan udara sehingga terjadi bersin.

Bersin dan leleran hidung timbul diawali dengan kondisi yang secara langsung merangsang rongga hidung dan secara skunder karena rangsangan pada paring atau penyakit saluran respirasi bawah. Fungsi rongga hidung meliputi sebagai organ pencium, filtrasi, penghangat, melembabkan, dan tempat aliran udara. Rongga hidung tersusun atas tulang kartilago turbinate yang ditutupi oleh epitel pseudocolumnar bersilia. Epitel itu adalah epitel perifer respirasi primer dan pada organ pencium caudomedial dan caudodorsal. Lamina propria dari saluran respirasi tersusun atas glandula serous, mukous, dan campuran tubuloalveolar. Sel goblet juga ada di rongga hidung. Glandula bagian lateral hidung bersifat serous yang berfungsi sebagai mengatur panas. Sinus paranasal, frontal, dan spenoidal berhubungan dengan saluran nafas dan kadang-kadang dapat bertindak sebagai penyebab primer atau skunder timbulnya bersin dan leleran hidung.

Banyak kondisi peradangan pada mucosa hidung yang menyebabkan peningkatan sekresi glandula yang awalnya serous kemudian menjadi mukoid atau mukopurulen setelah ada infeksi bakteri. Hemorrhagi dapat terjadi karena ada trauma, coagulopati, dan kerusakan mukosa yang banyak vascularisasinya, erosi kronis, atau penyakit invasiv.

Penyingkiran dan Rencana Diagnosis

Kasus bersin dan leleran hidung pada anjing dan kucing dapat dilihat pada Tabel 5. Signalemen, sejarah, pengamatan fisik, dan karakterisasi fisik leleran hidung yang ada akan membantu dokter hewan dalam mendiagnosis dan pengobatan yang tepat.

Signalemen

Signalemen dari hewan akan membantu menentukan etiologi penyakit. Hewan muda, sangat tua, dan imunosupresif cendrung lebih mudah terserang penyakit. Gejala klinis yang berhubungan dengan penyakit kongenital sering dijumpai pada hewan muda. Breed brachycephalic sering menderita leleran hidung karena mudah menderita stenosis hidung atau dapat sebagai akibat skunder karena hewan tidak mampu mengendalikan ingesta atau sekresi respirasi di daerah paringeal akibat palatum lunak yang memanjang. Tumor hidung dan penyakit gigi sering dijumpai pada anjing dan kucing tua. Breed anjing médium dan besar dengan hidung yang panjang lebih sering menderita tumor hidung.

Sejarah

Bersin akut dan leleran hidung diikuti dengan leleran mata dipercaya karena infeksi virus. Abnormalitas kongenital atau gangguan paringeal akan terlihat gejalanya setelah makan dan minum. Bersin dan leleran hidung yang kambuh lagi setelah pengobatan antibiotik dipercaya sebagai rhinitis skunder karena bakteri dengan berbagai etiologi primer seperti trauma, alergi, benda asing, infeksi Jamur, dan tumor. Leleran hidung dengan sifat serous sampai mukoid secara bilateral dan kejadiannya bersifat musiman diikuti dengan gejala leleran mata itu sebagai akibat rhinitis alergi. Benda asing pada hidung menyebabkan bersin akut diikuti dengan gerakan pawing (menggaruk hidung) dan menggosokan hidung pada tanah oleh anjing. Infeksi jamur dan tumor dapat ditelusuri dari sejarah dari perkembangan leleran hidung dengan perubahan perkembangan yang pelan dari sifat serous kemudian menjadi mukopurulen dan berlanjut hemorrhagi. Hewan dengan sejarah penyakit menderita otitis media/ externa akan diikuti dengan leleran hidung dan bersin karena ada hubungan antara telinga media dengan nasoparing melalui tube eusthacian. Gagging sering dilaporkan oleh pemilik pada anjing yang menderita penyakit paring.

Pengamatan Fisik

Pengamatan fisik yang dilakukan pada penderita bersin dan leleran hidung meliputi pengamatan terhadap sistem respirasi, mata, dan rongga nasoparing. Pengamatan pada kepala dan mulut untuk mengetahui kelainan seperti stenosis nares, cleft palatum, fistula oronasal traumatik, otitis externa dan media, penyakit gigi, dan penjuluran palatum lunak, kemerahan oroparing dan tonsil, pembesaran tonsil dapat disebabkan oleh berbagai penyakit yang memicu terjadinya bersin dan timbulnya leleran hidung. Kerusakan palatum sering disebabkan oleh infeksi jamur. Fraktur tulang hidung juga dapat dipalpasi pada pemeriksaan kepala. Pneumonyssus caninum sering juga ditandai dengan pembesaran nares eksternal.

Gangguan saluran nafas atas seperti penyakit infeksi, alergi, deformitas kepala menyebabkan leleran mata. Feline viral rhinotracheitis menyebabkan ulcerasi cornea, anorexia, ptyalisme dan ulcerasi oral. Penyakit canine distemper dan cryptococcosis menyebabkan corioretinitis, sedangkan cryptococcosis juga menyebabkan uveitis anterior.

Leleran hidung unilateral diakibatkan oleh tumor, penyakit jamur, benda asing, abses akar gigi, dan fistula oronasal. Tumor yang agresif juga bisa menyebabkan leleran bilateral. Leleran bilateral sering karena penyakit infeksi, kelainan kongenital, penyakit paring, rinitis alergi. Suara pekak saat perkusi rongga hidung dan sinus para nasal dapat disebabkan oleh beberapa penyakit tetapi yang umum oleh jamur.

Suara parenkim paru dapat abnormal karena meluasnya infeksi jamur dan tumor, penyakit primer paru, dan penyakit pada saluran nafas atas dan bawah. Koagulopati menunjukan gejala perdarahan disekitar gangguan berupa perdarahan ptekie dan ekimose kulit dan membran mukosa.

Tabel 5. Penyebab Umum Bersin dan Leleran Hidung Anjing dan Kucing

Penyebab

signalemen

Sejarah

Pemeriksaan fisik

leleran

Rencana diagnosis

Kongenital

Stenosis nares

Anjing brachicephalic

Ngorok

Stenosis nares

Serous - mukoid

Pemeriksaan fisik

Cleft palatum

Muda, semua breed

Kesulitan menyusu, susu keluar dari hidung, leleran kronis setelah sapih

Palatum ada celah, suara paru abnormal

Ada pakan dan cairan, mukopurulen, bilateral

Pemeriksaan fisik

Pemanjangan palatum lunak

Anjing brachicephalic

Gagging dan snoring setelah makan

Kemerahan paring dan tonsil

Pakan atau cairan, serous – mukopurulen, bilateral

Pemeriksaan fisik

Dispagia

Semua breed, kongenital pada muda, dapatan pada yang tua

Batuk, gagging, seperti menelan sesuatu

Kemerahan paring, tonsil dan suara abnormal paru

Pakan atau cairan, serous – mukopurulen, bilateral

Pemeriksaan fisik, flouroscopi

Infeksi virus

FVR

Semua breed, semua umur, lebih umum pada muda

Kontak dengan hewan lain, vaksinasi tidak lengkap, anoreksia, ptylisme

Ulser mulut, konjungtivitis, suara paru abnormal, demam

Mukopurulen

FAT

Feline calicivirus

Semua breed, semua umur

Kontak dengan hewan lain, vaksinasi tidak lengkap, anoreksia, ptylisme Kontak dengan hewan lain, vaksinasi tidak lengkap, anoreksia, ptylisme

Ulser nasal dan oral, konjungtivitis, suara paru abnormal, demam

mukopurulen

Gejala klinis

Reovirus

Pada kucing semua breed dan umur

Gejala ringan

Demam jarang, gejala pada mata

Jarang ada

Laboratorium

Canine distemper

Semua breed dan umur

Kontak dengan hewan lain, vaksinasi tidak lengkap, banyak organ terserang

Demam, muntah, diare, suara paru abnormal, gejala saraf, gangguan mata, hiperkeratosis kaki

Mukopurulen

Gejala klinis, serologi, FAT, hitung darah lengkap

Bakteri

Berbagai spesies

Semua breed

Bersih kronis, respirasi seperti menyedot

Aliran udara menurun, perkusi pekak, anoreksia, dehidrasi

Mukopurulen, bilateral

Gejala klinis, sejarah, kultur

Chlamydia

Kucing semua breed, umur tapi sering pada muda

Kontak dengan hewan lain, tanpa gejala polisistemik

Konjungtivitis ringan

Serous – mukopurulen, bilateral

Sitologi

Mycoplasma

Semua breed dan umur

Tanpa gejala polisistemik

Konjungtivitis ringan

Serous

Sitologi

Jamur

Aspergillus dan penicillum

Semua breed, jarang pada bracicephalic

Progresif

Penurunan aliran udara, perkusi pekak, anoreksia

Mukoid, mukopurulen

Sitologi, kultur, serologi

Cryptococcus neoformans

Anjing dan kucing semua umur

Gejala nafas atas, polisistemik progresif

Demam, gejala saraf, suara paru abnormal, gangguan mata,

Mukoid – mukopurulen

Sitologi, kultur, serologi

Trichospora sp

Polyps

Rhinosporidium seebri

Polyps

Parasit

Linguatula serrata

Anjing semua umur

Bersin ringan

Tidak ada

Serous

Sitologi

Pneumonyssus caninum

Anjing semua umur

Bersin ringan

Tidak ada

Serous

Sitologi

Neoplasia

Umum pada anjing jarang di kucing, umum pada tua

Progresif

Penurunan aliran udara

Progresif dari mukopurulen – hemorrhagi

Sitologi, biopsi, radiografi

Alergi

Pada anjing dan kucing umur muda

Akut dan musiman

Konjungtivitis, dermatologik

Serous

Sejarah

Polyps

Kucing muda

Gagging, dispagia

Kemerahan paring, dan tonsil

Serous – mukopurulen

Pengamatan paring belakang

Penyakit gigi

Semua hewan

Halitosis, bersin paroksima, menggaruk muka

Fistula, kalkuli gigi, abses

Unilateral mukopurulen

Radiografi kepala

Otitis media

Semua hewan

Gejala ringan seperti otitis eksterna

Keratokonjungtivitis sicca

Kering dan keras

Otoscopi, kultur

Trauma

Semua hewan

Akut

Fraktur saat palpasi

Hemorrhagi

Sejarah, radiografi

Benda asing

Semua hewan

Bersin paroksima dan akut, menjulurkan kepala, menggoyangkan kepala

Nonspesifik

serous

Pemeriksaan fisik

Kelainan pembekuan

Semua hewan

Perdarahan tanpa trauma

Membran mukosa pucat

Hemorrhagi

Hitung platelet, waktu pembekuan, faktor VIII

Karakteristik Fisik Leleran Hidung

Leleran hidung serous timbul pada stadium awal penyakit pada rongga hidung. Leleran hidung serous yang kontinyu dan dalam jangka waktu lama sebagai tanda penyakit iritasi seperti alergi atau parasit. Pada penyakit infeksi virus diikuti infeksi skunder oleh bakteri leleran hidung bersifat mukopurulen.

Rencana Diagnosis

Prosedur diagnosis yang ditegakkan meliputi sitologi, serologi, kultur dan uji sensitivitas, pemeriksaan oral dan nasal dalam kondisi hewan terbius, radiografi nasal, uji FAT, koaglutinasi, endoscopi, dan biopsi.

Sitologi untuk mendeteksi jamur, sel tumor, atau parasit. Swab hidung secara langsung akan membantu diagnosis, jika penyakit lebih dalam maka perlu dilakukan flushing nasal dengan larutan steril. Aliran udara dihidung dapat disemikuantitatifkan dengan cara meletakan kaca didepan hidung dan dievaluasi terbentuknya embun pada kaca.

Uji FAT (flourescen antibodi teknik) untuk deteksi elemen virus distemper, feline viral rhinotrakeitis, clamidya, dan mycoplasma.

Kultur bateri dan jamur untuk deteksi jamur aspergillus dan penicillium, juga untuk diagnosis pasti dari bakteri penyebab.

Serologi untuk deteksi antibodi yang bersirkulasi terhadap aspergillus, penicillium, dan cryptococcus.

Uji koagulasi dilakukan jika ada perdarahan. Uji ini meliputi uji hitung platelet, waktu pembekuan darah, dan waktu perdarahan. Pada beberapa breed anjing , seperti doberman pincher yang sering mengalami perdarahan tiba-tiba, perlu dilakukan uji terhadap faktor VIII untuk membantu penyingkiran penyakit willebrand’s.

Terapi Simtomatis

Kontrol primer dari bersin adalah menyingkirkan penyebabnya. Perlu penajaman dalam keakuratan diagnosis. Keakuratan pengobatan tergantung ketepatan diagnosis. Pemberian obat untuk penyakit respirasi dilakukan dengan cara sistemik, topikal, dan nebulizasi.

Decongesta dapat digunakan secara topikal dan sistemik untuk pengobatan leleran hidung. Obat yang sering digunakan adalah oxymethazoline HCl topikal dan pseudoephedrine (30 mg setiap 8 – 12 jam secara oral). Obat ini menyebabkan vasokontriksi vaskular hidung karena efek simpatomimetiknya. Penyakit jantung sebagai kontraindikasi dari pengobatan ini. Efek samping dari penggunaan dekongestan topikal adalah terjadi kongesti, hal ini dapat ditangulangi dengan penggunaan setiap 2 – 3 hari.

Antibiotik dapat diberikan secara topikal, sistemik, atau melalui nebulizasi dan sangat baik untuk leleran yang mukopurulen. Beberapa peneliti melaporkan penggunaan obat tetes mata sangat baik untuk pemberisan intra nasal pada kucing. Masalah besar penggunaan antibiotik adalah kesulitan penetrasi obat ke dalam sekresi hidung yang tebal.

Kortikosteroid sangat baik untuk rhinitis alergi, penggunaannya kontraindikasi pada penyakit infeksi sehingga tidak baik untuk leleran mukopurulen.

Perdarahan hidung dapat dihentikan dengan kompres, 4-5 tetes 1: 50.000 epineprin secara intranasal, tetapi perlu diawasi karena berefek terhadap jantung.

http://staff.unud.ac.id/~suartha/?page_id=8

Atasi Bronkitis Sedini Mungkin

Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).

Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

Bronkitis

PENYEBAB
Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan (terutama) organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).

Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun.

Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:

  • Sinusitis kronis
  • Bronkiektasis
  • Alergi
  • Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.

Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:

  • Berbagai jenis debu
  • Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromin
  • Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
  • Tembakau dan rokok lainnya.

GEJALA
Gejalanya berupa:

  • batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
  • sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
  • sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
  • bengek
  • lelah
  • pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
  • wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
  • pipi tampak kemerahan
  • sakit kepala
  • gangguan penglihatan.

Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.

Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.

Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu.

Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk.

Bisa terjadi pneumonia.

DIAGNOSA
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi pernafasan yang abnormal.

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

  • Tes fungsi paru-paru
  • Gas darah arteri
  • Rontgen dada.

PENGOBATAN
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen.
Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.

Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.

Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.

medicastore.com

http://artikel-kesehatan-online.blogspot.com/2008/05/atasi-bronkitis-sedini-mungkin.html

1 komentar:

  1. Menurut saya cara penyembuhannya itu bisa menggunakan Biospray untuk Bronchitis sebagai obatnya, karena Biospray untuk Bronchitis ini terbuat dari aspirin dan acetaminopen agar bisa mengurangi demam dan rasa tidak enak pada badan.

    BalasHapus