Selasa, 25 Oktober 2011

PATOSIS MATA

BAB I

PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu panca indra yang berfungsi sebagai indra penglihatan. Mata terdiri dari Superior Rectus Muscle (otot mata bagian atas yang berfungsi menggerakkan mata ke atas), Sclera (bagian yang pelindungi mata berwarna putih bagian luar bola mata ), Iris (pigmen pada kita bisa dilihat berwarna coklat atau hitam atau berwarna biru jika orang eropa), Lensa (lensa kristalin yang jernih sekali dan ini sebagai media refraksi untuk kita bisa melihat), Kornea (bagian paling depan dari mata. Kornea tidak ada pembuluh darah dan mempunyai kekuatan yang besar untuk membiaskan sinar yang masuk ke mata), Anterior Chamber (bilik mata depan), Posterior Chamber (bilik mata belakang), Conjunctiva (lapisan tipis bening yang menghubungkan sklera dengan kornea), Inferior Rectus Muscle (otot mata bagian bawah), vitreous chamber (aquos humor yang beruap seperti jel/gel yang mengisi bola mata kita), Retina (lapisan yang akan menerima sinar yang di terima oleh mata kita), Fovea centralis (daerah di retina yang paling tinggi resolusinya untuk mendapatkan sinar yang masuk ke mata), Optic Nerve (saraf mata yang menghantarkan sinar ke otak untuk di terjemahkan sebagai penglihatan yang kita lihat).

Kornea adalah bagian terjelas dari mata yang terletak tepat di bagian depan. Lapisan kornea adalah salah satu lapisan sel endothelium yang serupa dengan sel-sel yang melapisi pembuluh darah. Apabila sel-sel endotelnya bocor, maka sel endothelium ini membiarkan cairan (aqueous humor) dari mata depan (anterior chamber) bocor ke stroma dan kemudian sel-sel endotel memompa cairan itu kembali ke depan mata melalui pompa selular. Antara epitel dan endotelium adalah lapisan tebal kornea yaitu stroma.


BAB II

ISI

Kornea adalah bagian mata yang paling depan, yang tidak berwarna atau bening, yang secara awam kita lihat seolah-olah berwarna hitam atau coklat atau biru dan sebagainya. Sebenarnya warna itu bukanlah kornea tapi itu adalah warna iris yang ada di belakang kornea. Jadi warna iris dapat kita lihat, karena kornea bening.

Pada kornea tidak ditemukan adanya pembuluh darah. Sumber nutrisinya berasal dari oksigen dan dari air mata yang membasahi kornea. Jika mata tertutup terlalu lama, misalnya pada saat memakai lensa kontak pada waktu tidur, maka kornea akan kekurangan oksigen atau hypoksia yang mengakibatkan mata terlihat merah. Merah di sini karena pembuluh darah yang ada di konjungtiva dan sclera akan mengirim oksigen yang ada dalam darah dan akan mengakibatkan munculnya pembuluh darah baru atau neovaskularisasi. Hal ini merupakan salah satu komplikasi pemakaian lensa kontak.

Kornea mempunyai kekuatan dioptri yang sangat besar sekitar 43.00 D yang berfungsi untuk membiaskan atau membelokkan sinar yang masuk ke mata, sehingga dengan sedikit perubahan kelengkungannya saja akan berdampak atau memberikan efek yang besar pula untuk merubah jatuhnya sinar atau fokus sinar di dalam mata.

Lapisan kornea ada 5, yaitu:

  1. Epitelium kornea, lapisan tipis yang terdiri dari banyak jaringan di mana punya kemampuan untuk tumbuh dengan cepat dan selalau menjaga kebasahan dengan adanya air mata
  2. Lapisan Bowman, sebuah lapisan atau jaringan kolagen yang melindungi stroma
  3. Stroma, lapisan yang paling tebal di bagian tengah dan di sinilah laser pada lasik itu mengambil jaringan, terdiri dari jaringan kolagen juga dan sekitar ada 200 lapisan
  4. Membran Descemet, lapisan di belakang yang merupakan lapisan tipis
  5. Endothelium, Lapisan paling belakang yang terdiri dari satu layer mitokondria.

Pada mata normal, kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Ada beberapa kelainan pada kornea mata, diantaranya :

1. Distrofi Kornea

Distrofi kornea adalah perubahan degeneratif kornea di mana kolesterol akan didepositkan diantara epitel dan stroma kornea. Meskipun deposito biasanya tepat di tengah-tengah kornea, deposito dapat terjadi di tempat lain, tergantung pada penyebab terjadinya degenerasi. Anjing dengan masalah tiroid (hipotiroidisme) lebih cenderung memiliki distrofi kornea, serta anjing diet lemak tinggi lebih cenderung. Selain"mata kering" atau KCS dapat mengakibatkan perubahan dystrophic kornea. Beberapa jenis anjing yang dapat terserang Distrofi Kornea diantaranya adalah : Standar pudel, Chow chow, Dachshund, Boston Terrier dan Chihuahua.

2. Endotel Kornea Dysthropy ( Endotheliophaty )

Endotheliopathy secara harfiah berarti: patologi atau penyakit dari sel endotel. Sebagaimana dinyatakan di atas, endotelium kornea adalah lapisan sel yang melapisi permukaan dalam kornea. Di sebagian besar anjing dan kelinci, sel endotel akan mereplikasi menggantikan sel-sel rusak atau mati. Pada kucing, kadang-kadang anjing dan manusia, sel-sel endotel tidak bereproduksi. Sel endotel memungkinkan kebocoran cairan (aqueous humor) dari bagian depan mata (anterior chamber) ke dalam stroma kornea dan kemudian sel-sel endotel biasanya memompa cairan dari kornea kembali ke ruang anterior.

Secara histology, kornea mata yang normal terlihat seperti gambar di bawah ini :

s_4015_1.jpg

Normal kornea di bawah kondisi yang relatif baik fiksasi dan persiapan.Perhatikan bahwa ada cukup banyak ruang-ruang kecil artifactitious. Kornea ini adalah anjing muda, maka keunggulan dari keratocytes (sel-sel dalam stroma).

s_3829_1.jpg

Normal kornea di bawah kondisi yang relatif miskin fiksasi dan persiapan.Perhatikan bahwa kelompok lamel kolagen secara luas dipisahkan oleh spasi dan artifactitious endotelium adalah vacuolated mencolok.

s_5609_1.jpg

Normal kornea di bawah kondisi moderat fiksasi dan persiapan. Perhatikan bahwa kelompok lamel kolagen secara luas artifactitious dipisahkan oleh spasi. Perhatikan juga sebuah acellular, subepitel lapisan yang dikenal sebagai lapisan Bowman hadir; ini ditemukan di beberapa primata dan beberapa spesies non-peliharaan seperti Cetacea.

Beberapa kelainan pada kornea adalah :

    1. Nekrosis Kornea ( sequestrum )

s_0276_1.jpg

    1. Kornea Mineralisasi

s-0185_i.jpg

    1. Dangkal Keratitis Kronis

s-0687_i.jpg

    1. Stroma Kornea Melanosis

s-0997_i.jpg

Lesi pada kornea dapat terjadi ketika kelopak mata gagal melindunginya dari luar, kegagalan dari kornea untuk tetap lembab, atau adanya infeksi dari dalam. Umumnya lesi pada kornea meliputi abrasi atau ulcer, berupa kehilangan jaringan epitelnya. Lesi yang lebih mendalam, seperti laserasi atau penetrasi, bisa menyebabkan bakteri, fungi atau benda – benda asing menginfeksi kornea itu sendiri.

Pada epitel kornea terdapat ujung – ujung saraf yang menyebabkan kornea menjadi lebih sensitive terhadaqp rasa sakit. Walaupun termasuk iritasi ringan, namun bisa menyebabkan gejala klinis yang parah. Berbagai gejala klinis yang umumnya menyertai lesi dari kornea meliputi : ketiodakmampuan kelopak mata untuk terbuka (blepharospasm), lacrimasi yang disertai dengan keluarnya air mata (epiphora), menghindari cahaya (photophobia), bola mata agak kedalam (endophtalmos), yang dapat diikuti dengan kongesti atau hiperemi bagian konjungtifa, edema konjungtifa (chemosis), pupil mengalami pengecilan (myosis). Kornea mengalami edema yang disertai vaskularisasi merupakan tanda kornea yang mengalami peradangan (keratitis).

Anomali kornea meliputi abnormalitas ukuran, bentuk dan transparansi. Mikro kornea merupakan proporsi ukuran kornea yag lebih kecil dari ukuran normalnya, sebaliknya makro kornea ( megalo kornea ) merupakan kelainan kornea dimata ukuran kornea lebih lebar dari ukuran normalnya. Kasus makro kornea prlu dibedakan dengan kasus melabarnya kornea tipe lain, seperti pelebaran ukuran bola mata (buphthalmos) yang dapat terjadi begitu hewan itu lahir.

Dermoid pada kornea merupakan kelainan lapisan kornea yang terjadi secara congenital dengan karakteristik adanya lapisan meyerupai kulit pada bagian kornea, konjungtiva atau keduanya. Kasus ini sering terjadi pada hewan, tertuma pada sapi jenis Hereford dan juga pada anjing dengan lesi yang sering berlokasi di daerah temporal. Kornea dermoid dapat terjadi unilateral maupun bilateral serta dapat dengan mudah dilihat bila kelopak mata terbuka. Akan tetapi kasus dermoid ini dapat menyebabkan iritasi yang sangat sehingga hewan yang mengalami kasus ini sering diikuti dengan klinis beruapa adanya discharge mukopurulen dan bleparospasmus. Secara mikroskopis, lesinya berupa sel – sel keratin squamus epitel ( baik yang berpigmen atau tidak ) menutupi jaringan kulit dengan folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebacea.

Kasus ulcer pada kornea, ulcer pada kornea bisa disebabkan oleh abrasi, zat kimia, dan infeksi. Tidak banyak agen infeksi yang menyebabkan lesi primer dan kornea, namun kasus infeksi herpes virus dan moraxella pernah dilaporkan berhubungan dengan timbulnya gejala klinis berupa kelainan sampai terjadi ulcer pada kornea. Banyak micoorganisme bakteri dan mikotikdapat menyebabkan keratitis sebagai sekondari infeksi, terutama pada hewan – hewan dengan ilmu system yang lemah akibat pemberian obat – obatan dari golongan dari golongan kortikosteroid.

Canine Indolent Ulcer

Feline herpes virus tipe I ( FHV-1 ) merupakan penyakit yang menyerang saluran respirasi bagian atas, dan dapat pula menyebabkan konjungtivitis dan keratitis pada kucing. Konjungtivitis yang ditimbulkan biasanya diikuti dengan hyeperemia, bleparospam, chemosis dan discharg okuler. Lesi pada kornea yang meliputi ulcer dendritik merupakan gejala pathognomonik dari penyakit ini. Lesi lain dari kornea yang berhubungan dengan penyakit FHV-1 dapat berupa neonatal ophthalmia, kornea eskisquestrurm dan keratitis eosinophilik.

Infeksi bovine keratokonjungtivitis (bovine pinkeye) disebabkan oleh moraxella bovis, merupakan penyakit byang telah terdistribusi keseluruh dunia dan merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang tinggi karena efek pada hewan yang terinfeksi berupa kebutaan. Infeksi terjadi awalnya pada musim panas dengan factor predisposisi berupa debu, sinar matahari, dan berbagai serangga. Lesi sentral pada kornea dapat berupa unilateral ataupun bilateral engan gejala klinis berupa epiphora blepharospam, photophobia, hypheremia konjungtiva dan chymosis. Kornea dari sapi yang terinfeksi dapat berkembang menjadi abses yang selanjutnya bisa pecah dan menjadi ulcer. Ulcer ini dapat sembuh dalam kurun waktu 3 minggu atau malah berkembang menjadi keratokonjungtivitis.

Sequestrum kornea pada kucing (feline corneal squestrum)

Penyakit ini dapat terjadi unilateral maupun bilateral, dimana kelainannya berupa lesi gelap kornea yang terdapat didaerah sentral dari kornea. Penyebabnya belum begitu jelas, namun kasus ini sering pada kucing jenis Persia dan himalaya, pernah juga dilaporkan kasus ini dapat juga terjadi pada kucing jenis local. Factor lain, seperti infeksi FHV-1 dapat terlebat perkembangan kelainan ini. Lesinya bersifaf superficial, sirkular dengan kelainan berupa daerah hitam yang berada dipusat kornea. Secara mikroskopik walaupun tersebar, sebagian besar lesi tersusun oleh keratocytes. Sel-sel radang juga dapat teramati disepanjang perbatasan lesi, terutama neutrophil, yang diikuti dengan sebagian epithel kornea mengalami perluasan.

Edema Pada Kornea (Corneal Edema)

Edema kornea merupakan kelainan yang disebabkan oleh penimbunan cairan pada stroma kornea akibat dari rusaknya film atau membrane prekorneal, stroma dari pembuluh darah mata dekat kornea, gangguan konsentrasi atau absorbsi cairan humor aqueous. Secara klinis, edema pada kornea menyebabkan opaque biru keabu-abuan pada kornea. Edema pada kornea dapat sebagai akibat dari ulcer pada kornea, keratitis atau difungsi endothelial sel dari kornea.

s_1669_1.jpg

Keratitis pada cornea

Biasanya berhubungan dengan keratitis suvuratif. Enzim colagenitis berasal dari neotrofil dan sel – sel bakteri. Kasus yang paling sering tejadi pada breed kecil seperti contoh shih-tzu, boston terrier, dan pug.



BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kornea adalah bagian mata yang paling depan, yang tidak berwarna atau bening, yang secara awam kita lihat seolah-olah berwarna hitam atau coklat atau biru dan sebagainya. Kelainan – kelainan yang dapat terjadi pada kornea hewan antara lain : Distrofi Kornea, Endotel Kornea Dysthropy ( Endotheliophaty ), Anomali kornea, Dermoid pada kornea, Edema Pada Kornea (Corneal Edema), Stroma Kornea Melanosis, Dangkal Keratitis Kronis, Kornea Mineralisasi, Nekrosis Kornea ( sequestrum )

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 5 Oktober 2009. Ophthalmic Pathology Primer. http://www.vetmed.ucdavis.edu/courses/vet_eyes/eye_path/epath_overview_index.html

Dubielzig, Dick. 2009. Selected Diseases of the Cornea. http://www.vetmed.wisc.edu/pbs/dubielzig/pages/coplow/PowerPoints/Japan09/2009JapanCornea2.pdf

Gemensky, Anne J. and David A. Wilkie. Mineralized corneal sequestrum in a cat. Journal of the American Veterinary Medical Association, December 1, 2001, Vol. 219, No. 11, Pages 1568-1572 (doi: 10.2460/javma.2001.219.1568) http://avmajournals.avma.org/doi/pdf/10.2460/javma.2001.219.1568

Kardena, I Made. 2009. Bahan Ajar Potologi Sistemik Mata dan Telinga. Universitas Udayana

Plant, Jessica E. E. 2004. Canine Degenerative Corneal Endothelial Disease and the Management of the Disease in the Private Practice. http://dspace.library.cornell.edu:8080/bitstream/1813/2898/1/2004%20Plant.pdf

Slatter, D. Cornea and sclera. In: Kersey ed. Fundamentals of veterinary ophthalmology. Philadelphia: W B Saunders Co., 2001; 260-299. http://dspace.library.cornell.edu:8080/bitstream/1813/2898/1/2004%20Plant.pdf

1 komentar: