Selasa, 25 Oktober 2011

STAPHYLOCOCCOSIS

STAPHYLOCOCOSIS

PENGERTIAN

Sthaphylococosis adalah penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri Staphylococus pathogen.

MORFOLOGI DAN SIFAT BIAKAN

· Bentuk bulat (1-3 mm), gram positif.

· Susunan sel bergerombol seperti buah anggur.

· Non motil, katalase (+), spora (-).

· Fakultatif annaerob, Invitro kapsul (-)

· Tumbuh subur pada agar darah, tepi koloni rata.

· Pada media cair: keruh uniform

BEBERAPA CONTOH SPESIES STAPHYLOCOCUS

1. Staphylococus Epidermidis

2. Staphylococus Intermedius

3. Staphylococus Hyicus

4. Staphylococus Aureus

SIFAT HEMOLITIK

· Strain strongly hemolytic pada darah sapi atau domba Beta Hemolytic.

· Stari Alfa Hemolytic menjadi Beta Hemolytic pada darah kelinci, sapi, domba. Tetapi pada darah kuda atau manusia: Gama Hemolytic.

· Strain Beta Hemolytic pada darh sapi atau domba 37°C Incomplete, kalau di simpan 4°C-15°C akan menjadi complete hemolisis. Fenoma ini disebut “Hot-Cold Hemolisis” diduga: Betatoxin causes complete or patial masking of alfa toxin.

SIFAT FISIKO-KIMIA

· Toleran terhadap desinfektan

· Pada media cair-20°C tahan 3-6 bulan

· Resisten terhadap NaCl dan sucrose

· Mati pada: - suhu 60°C selama 30 menit

- Fenol 2% 1 menit

- Mercuric chloride 1% selama 10 menit

STAPHYLOCOCUS PADA UNGGAS

Staphylocosis / radang sendi disebabkan oleh bakteri Staphylococcus, terutama S. Aureus terlihat pada ayam dan kalkun di seluruh dunia. Morbiditas biasanya rendah dan angka kematian 0-15% meskipun burung yang terkena seringkali akan dimusnahkan pada alasan manusiawi. Infeksi ini biasanya dengan rute saluran pernapasan dengan periode inkubasi 2-3 hari terlihat setelah infeksi buatan. Luka, baik disengaja atau disebabkan oleh intervensi seperti paruh pemangkasan, dan jari kaki dapat pemangkasan portal masuk dengan berikutnya menyebar melalui aliran darah ke situs khas dari lesi. Kulit rusak karena kekurangan nutrisi (seperti dari biotin) mungkin juga menjadi titik masuk.

Transmisi terjadi di hatchery dan di lingkungan pertanian umum, dan oleh fomites. Reovirus faktor predisposisi mencakup infeksi, stres kronis, trauma, dan imunosuppression.

TANDA-TANDA:

Mengacak-acak bulu.

Ketimpangan.

Mobilitas rendah.

Bengkak di sekitar kaki

· Dapat terjadi kematian mendadak dari akut septikemia jika serangan yang sangat berat.

POST-MORTEM

· Tenosynovitis, paling sering di daerah plantar kaki atau tepat di atas sendi. Hal ini dapat berlanjut ke pembentukan abses di daerah ini.

Terinfeksi sendi mungkin telah jelas eksudat dengan gumpalan fibrin.

DIAGNOSIS

Lesi, isolasi dan identifikasi patogen. Membedakan dari septikemia atau tenosynovitis karena Colibacillosis, Salmonella spp., Mycoplasma spp., Terutama M. synoviae.

PENCEGAHAN

Kebersihan yang baik di dalam sarang dan penetasan. Mungkin vaksinasi terhadap infeksi, terutama induk burung, manajemen yang baik. Kompetitif pengecualian dengan non-patogen Staphylococcus telah terbukti efektif (tidak ada produk komersial belum tersedia didasarkan pada teknologi ini). Burung yang pulih mungkin memiliki kekebalan.

STAPHYLOCOCOSIS PADA KAMBING

Etiologi
Mastitis pada kambing disebabkan oleh berbagai spesies bakteri Staphylococcus sp (S. aureus, S. epidedimis), Corynebacterium, Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus agactiae, Bacillus subtilis, Aerobacter aerogenes, Nocardia kadang-kadang oleh Mycoplasma sp. Pada domba disamping oleh Staphylococcus aureus, juga dapat disebabkan oleh Pasteurella haemolytica, P. multocida, Actinobacillus dan Corynebacterium pyogenes.

Patogenesis
Faktor predisposisi adalah terjadinya luka-luka pada puting susu dan ambing, cara pemerasan susu yang tidak efisien, jeleknya bentuk susu, disamping itu karena faktor umur dan herediter. Infeksi pada ambing terjadi lewat lubang puting susu, kecuali infeksi sistemik seperti tuberculosis dan leptospirosis biasanya karena kambing dan domba terserang Orf.

Gejala Klinis

Mastitis pada kambing lebih hebat dibandingkan pada sapi. Gejala klinis yang terlihat adalah ambing terasa panas, memebengkak dan sakit. Pada awalnya ambing tampak kemerahan, kemudian berubah menjadi kebiruan dan terakhir menjadi hitam dan gangrene sehingga sering disebut sebagai ambing hitam. Kadang-kadang gangrene mengenai satu atau kedua kelenjar mammae dan menjadi demarkasi, disamping itu produksi susu menurun bahkan berhenti sama sekali.

Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan bakteriologis dari specimen susu yang diambil. Pemeriksaan serologis dengan uji California Mastitis (CM), Rose Bengal Plat Test (RBPT), Serum Agglutination Test (SAT), Complement Fixation Test (CFT), dan ELISA.


Pencegahan dan Pemberantasan

Pengobatan dengan antibiotika seperti Procain Penisilin dan Furaltadone efektif untuk Coliform (E. coli, Klebsiella, Aerobacter) dan Streptococcus, tetapi kurang efektif untuk Staphylococcus.
Neomisin efektif untuk Coliform tetapi kurang efektif untuk Staphylococcus dan Streptococcus. Procain Penisilin dan dihidrostreptomisin efektif untuk Coliform, Staphylococcus dan Streptococcus.
Pada kasus yang berat dapat diberikan Cortikosteroid melalui parentral. Hewan yang sakit dalam proses pengobatan diistirahatkan beberapa hari dan susu tidak dikonsumsi.

Kandang harus tetap dijaga kebersihannya setiap melakukan pemerahan susu dilakukan dengan cara yang benar, ambing dan putting susu dibersihkan sebelum diperah. Pembersihan dapat menggunakan larutan Iodophor, Hypochloride atau Chlorhexidine.

ISOLASI BAKTERI

· Spesimen mula-mula ditanam pada media Tryprone Hewit Broth (THB), diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam.

· Koloni bakteri yang tumbuh pada THB ditanam ulang ke Plat Agar Darah dan diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam.

· Koloni bakteri yang bersifat mukoid selanjutnya ditanam ulang pada media Manitol Salt Agar (MSA) pada suhu 37C selama 24 jam.

· Adanya koloni S. Aureus ditandai dengan perubahan warna media MSA dari merah menjadi kuning.

UJI-UJI YANG HARUS DILAKUKAN

UJI CLUMPING FAKTOR

Dilakukan dengan gelas objek menurut metode Bruckler et all. (1994). Plasma darah sebanyak 50 ml diteteskan pada gelas objek, kemudian dicampur dengan 1 usa koloni bakteri. Setelah beberapa detik, diamati reaksi antara staphylococcus aureus dengan plasma kelinci pada gelas objek, reaksi positif bila terjadi presipitasi dan bila tidak ada presipitasi dinyatakan negative.

UJI KOAGULASE

Dilakukan dengan menggunakan tabung yang berisi plasma darah kelinci, sesuai metode Brucler et all (1994). Bakteri ditanam dalam tabung yang berisi plasma darah, diinkubasikan selama 6 sampai 18 jam pada suhu 37°C. pengamatan dilakukan pada 6 jam dan dilanjutkan setelah 18 jam. Uji koagulase dinyatakan positip bila terjadi gumpalan pada tabung dan uji koagulase negatip bila tidak terjadi penggumpalan dalam tabung.

UJI KATALASE

Satu ose dari koloni berwarna kuning dari media MSA dicampur dengan enzim katalase pada objek. Adanya S.aureus ditandai terbentuknya gelembung gas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar